“Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi tanah air..” -Hasan al Banna-



BOM BBM, KADO AKHIR TAHUN RAKYAT KECIL

BOM BBM,
KADO AKHIR TAHUN RAKYAT KECIL !!!!
TW Yunianto*


Sebuah prestasi telah diukir oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla selama satu tahun pemerintahannya. Prestasi yang amat prestisius dalam rangka menyelamatkan negara ini dari jurang kehancuran. Namun yang terjadi adalah sebuah drama kesedihan yang mengharu biru di tengah kebahagiaan masyarakat menyambut keberkahan bulan Ramadhan, Natal dan Tahun Baru. Kenaikan harga BBM sebesar 87 % ternyata disambut dengan riuh tangisan rakyat yang merintih, mengadu atas kebijakan pemimpinnya yang dianggap anti-sensitif atas kondisi masyarakat yang terjadi saat ini. Di tengah mewabahnya busung lapar, korupsi yang menyebarkan tikus – tikus birokrasi, pemimpin bangsa ternyata telah membuat manuver politik dengan mendudukkan rakyat kecil sebagai objek penderita. Kesalahan apalagi yang telah dibuat oleh rakyat yang tak berdosa selama ini...?
Tanpa rasa malu, pemimpin negara ini seolah telah menjadi pahlawan dengan berdalih penyelamatan bangsa dengan mengorbankan rakyatnya untuk sebuah tujuan yang dinilai tiran. Selama ini, pihak manakah yang senantiasa memanfaatkan para ‘boneka - boneka’ pemerintahan kita untuk kepentingan mereka ? Kenaikkan harga minyak mentah yang dimainkan oleh kaum kapitalis barat, ternyata telah membius para pemimpin kita untuk ikut masuk kedalam skenario mereka. Dengan lemah dan lembutnya, ternyata kecerdasan para pemimpin ini telah diracuni oleh ‘otak – otak kotor’ mereka untuk menanamkan pemikiran – pemikiran kapitalis dalam rangka penguasaan dunia di bawah ‘kaki – kaki’ mereka. Mau dibawa kemana arah bangsa ini jika selama ini para pemimpin negeri tidak memiliki nurani dan sensitivitas sosial dengan jeritan rakyat yang menggaung dan menggema di tengah – tengah sakitnya bangsa ini ?
Dalam suatu pidato, Soekarno mengatakan dan menegaskan akan kehormatan bangsa ini dengan sebuah pernyataan ‘go to hell with your aid...!!!’, namun yang terjadi sekarang ternyata bangsa ini diajak serta oleh mereka untuk go to hell. Dimanakah kehormatan kita sebagai bangsa yang berdaulat yang sejak dulu diperjuangkan oleh para perintis bangsa ini ? Menangiskah mereka melihat kondisi anak cucunya yang saat ini sekarat dihinggapi penyakit ketergantungan terhadap kaum kapitalis yang sebenarnya lintah penghisap darah kehormatan bangsa..?
Ketika pemerintah berencana menaikkan harga BBM beberapa waktu lalu, ternyata banyak penyikapan yang dilontarkan oleh sebagian besar dari masyarakat kita, khususnya mahasiswa, sebagai ekspresi ketidaksetujuan terhadap rencana pemerintah tersebut. Di tengah antrian masyarakat untuk mendapatkan minyak tanah, perkelahian antar-sopir angkot untuk mendapatkan bensin, ternyata masih ada kemasygulan yang menghinggapi hati para pejabat untuk membatalkan rencana mereka. Ya... saat ini mereka hanya duduk manis di ruangan berpendingin, bermobil mewah dimana kerusakan jalan tak terasakan, berkaca gelap dimana fatamorgana nurani telah terjadi atas kondisi masyarakat selama ini. Apakah mereka pernah bermimpi akan kondisi rakyat yang tidak memiliki kepastian untuk dapat makan yang layak, mendapatkan kebahagiaan sebagai hak yang tak dapat tergantikan baik oleh materi sekalipun ? Bahkan, apa artinya kompensasi BBM yang jumlahnya hanya 100 ribu per bulan... ?
Sebuah ironisme yang diterjemahkan oleh kebanyakan masyarakat kecil sebagai silogisme kesialan, ternyata telah memberikan efek ketidakpercayaan publik terhadap pemimpinnya. Apakah di jidat – jidat mereka tidak terlintas sama sekali akan bayi – bayi yang menagis karena tak diberikan susu akibat dari kenaikan harga BBM yang berdampak pada kenaikan harga bahan pokok ? Ataukah orang – orang jompo yang sedang sekarat karena tiada biaya untuk membeli obat ?
Kita dapat mengklaim bahwa implikasi kenaikan harga BBM akan berdampak lebih buruk dari pada tragedi tsunami tahun lalu yang mengguncang bumi serambi Mekah, Aceh. Jika kita lihat, korban tragedi tsunami kurang lebih 150 ribu jiwa. Namun, korban kenaikkan biaya BBM dimungkinkan akan memberikan dampak yang lebih parah. Saat ini, lebih dari separuh rakyat Indonesia yang berjumlah 250 juta jiwa berada di bawah garis kemiskinan. Jika kita ambil separuh dari 50 % tadi untuk kita kategorikan sebagai penduduk yang berada pada stadium krisis, yaitu masyarakat yang tidak memiliki kepastian untuk bisa memenuhi makanan sehari – harinya, maka kita akan memperoleh angka 62,5 juta jiwa terancam mati kelaparan. Jika masih ada masyarakat yang bunuh diri dikarenakan malu atas ketidakmampuan dirinya dalam membayar uang sekolah, maka tidak menutup kemungkinan akan ada masyarakat yang mati, baik karena bunuh diri maupun mati secara wajar hanya karena rasa malu atau ketiadamampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka akan makanan. Maka dimanakah rasio berpikir para pejabat kita, jika kebijakan mereka yang salah ternyata dapat membunuh rakyatnya ?
Jika nilai 100 ribu sebagai wujud dari kompensasi BBM kita masukkan dalam logika berpikir kita, bahkan orang yang bodoh matematika sekalipun, maka mungkinkah nilai 100 ribu tadi memenuhi kebutuhan sehari – hari kita sebagai manusia yang memiliki beribu – ribu, bahkan jutaan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi ? Apakah angka 100 ribu tadi mampu membungkam tangisan – tangisan mereka yang memelas, di tengah teriknya suasana perpolitikan nasional yang tidak menentu ? Atau bahkan bom kenaikkan harga BBM ini sebagai hadiah yang akan menyengsarakan perikehidupan rakyat ditengah leluasanya para koruptor kakap yang telah melarikan uang rakyat untuk memenuhi hasrat surgawi mereka ?
Tidak ada kata lagi bagi kita untuk menutup telinga kita atas tangisan bayi – bayi itu, orang – orang tua yang tak mampu membeli obat untuk sakit mereka, atau para janda – janda yang ditinggal suaminya tanpa meninggalkan sesuatu apapun. Memang telah banyak masyarakat kita yang bunuh diri karena ketiadaberdayaan mereka menanggung hidup, namun ternyata lebih mengetuk hati lagi bahwa saat ini para pemimpin negeri telah membunuh harga diri bangsa ini untuk digiring ke jurang neraka kebinasaan. Jangan sampai harga diri bangsa ini terkotori oleh antek – antek kapitalis yang akan merampas bangsa untuk ditindas di bawah tirani mereka demi sebuah doktrin liberte.
Hanya ada satu kata untuk penyelamatan bangsa ini. Jangan biarkan doktrin kapitalis mengotori perjuangan kita. Para pahlawanpun seolah berkata, ‘Kita tidak akan rela bangsa ini jatuh, terpuruk dalam kesengsaraan’. Dan biarkan kita, mahasiswa, sebagai ‘pahlawan jalanan’, yang berjuang tanpa peluru dan tanda jasa. Hanya mesiu – mesiu nurani yang bergolak, tinggalkan esa menuju sebuah perjuangan tanpa batas. Sungguhpun negeri ini dibangun dengan keringat dan darah – darah para pahlawan. Takkan pernah dibiarkan sejengkal tanah, secuil daging yang tumbuh di negeri ini dirampas oleh para penguasa. Mahasiswa, para pembaharu telah lontarkan jiwa – jiwa perjuangan. Untuk itu, tiada kata lain lagi kepada engkau wahai para mahasiswa, mari kita satukan langkah, satukan perjuangan. Dan sebagai kata akhir, selamat bergabung kawan, di jalan para pahlawan.....

*) Presiden BEM-KBM STTTelkom

posted by ENDONISEA @ 07:51,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home