“Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi tanah air..” -Hasan al Banna-



Lagi – lagi Republik ini Dijual…..

Lagi – lagi Republik ini Dijual…..
Tri Wahyu Yunianto*

Milik Negara, Tidak Untuk Diperjualbelikan !!!
Kalimat di atas mungkin sudah menjadi hal yang biasa kita dengar. Namun sepertinya hal itu juga sudah menjadi hal yang kolot (baca:usang) bagi para pejabat republik ini sehingga dengan mudahnya norma tersebut dilanggar. Berapa banyak aset negara dan bangsa ini yang hilang entah kemana. Berapa rupiah uang bangsa yang menguap ditelan perut koruptor. Namun saat ini kita terbuai dalam mimpi panjang kita atas masa depan sebuah rezim yang sudah terlampau bobrok !
Sangat panjang perjuangan bapak (baca:pahlawan) kita dalam mendirikan republik ini. Mulai dari bergulat melawan Portugis, sampai akhirnya Nippon dan dilanjutkan dengan perjuangan melawan imperialis barat. Namun saat ini kita menyaksikan betapa mudahnya anak – anak muda bangsa yang memberikan aset republik ini ke tangan – tangan kapitalis barat. Jangan hanya bicara tentang jabatan, kekayaan, dan penghormatan saja ! Kita tidak bisa terbuai oleh indahnya menjadi juara I piala Thomas, kesuksesan sebagai tuan rumah KAA tahun lalu, atau bahkan keluhuran Soekarno di mata dunia sebagai bapak bangsa. Itu semua adalah masa lalu....!!!
Yang terjadi sekarang adalah, lepasnya Indosat, salah satu perusahaan telekomunikasi nasional yang dijual dengan murahnya (5 trilyun rupiah) ke tangan asing (baca:Temasek); dijualnya Chandra Asri, salah satu perusahaan petrokimia terbesar; dijualnya Papua melalui tangan Freeport; dirampasnya Sipadan-Ligitan; dibangkrutkannya megaproyek perusahan penerbangan nasional Dirgantara Indonesia; bahkan yang terakhir yang menggemparkan kita adalah dijualnya Pulau Bidadari beberapa waktu yang lalu seharga Rp 495 juta ke tangan salah satu warga Inggris bernama Lewan Dosky. Lucunya lagi, Dosky melarang para nelayan dan TNI untuk merapat di pulau Bidadari yang saat ini menjadi miliknya. Sandiwara siapa lagi ini...?!!
Mimpi apa para pahlawan yang saat ini sedang tidur di dalam kuburnya ?!
Tidak terbayang dan tidak diduga – duga, satu per satu aset republik ini terjual dan terampas oleh tangan – tangan asing. Lantas apa yang akan diberikan kepada anak-cucu kita kelak ?! Hutang yang menumpuk dengan bunga sekitar 200 trilyun pertahun, kualitas SDM yang rendah (bahkan di kawasan Asia Tenggara sekalipun), prestasi korupsi dengan peringkat lima besar dunia, dan segudang prestasi lainnya.
Walaupun beberapa kali kita mendengar dan melihat ucapan para pemimpin republik ini untuk tidak terpengaruh oleh hegemoni barat, namun sudah seberapa jauhkah pemimpin kita mengaktualisasikan janji – janji serta ucapannya ? Atau malah semua itu hanya retorika belaka....
Namun satu hal yang harus kita ingat, bahwasanya mendirikan republik ini tidak bisa dengan diserahkan kepada orang lain. Kitalah yang harus mendirikannya !! Ataukah kita seorang pengecut layaknya sejarah Bani Israil yang telah melupakan sejarah bangsanya, merasa diri mereka sebagai budak yang selalu terbelenggu dan lupa terhadap keistimewaan – keistimewaan mereka yang tidak terdapat pada bangsa – bangsa lain. Cukuplah ucapan mereka kepada pemimpinnya menyadarkan kita dengan sebuah petikan yang amat khas, ”...Berangkatlah Anda dengan Rabb Anda dan berjuanglah berdua, sesungguhnya kami di sini menunggu...”. Cukup Sudah.... !!!

*Presiden Mahasiswa BEM-KBM STT Telkom, Bandung.

posted by ENDONISEA @ 07:54,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home