“Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi tanah air..” -Hasan al Banna-



Preman bencana

Siapa sih yang mau tertimpa bencana? Dapat dipastikan setiap orang yang hidup di dunia ini tidak ada satupun yang mau tertimpa bencana. Tetapi jika bencana sudah melanda, keikhlasan sepertinya menjadi suatu sikap yang selayaknya harus kita miliki. Ya, keikhlasan kita dalam menerima bencana adalah suatu bentuk representasi sebagai umat mulia karena setidaknya kita bisa menerima ketetapan yang telah Allah berikan kepada kita.

Disaat banyak orang sibuk mengurusi keperluannya terkait dengan adanya bencana yang melanda, eh ternyata ada juga pihak-pihak yang iseng memanfaatkan situasi demi kepentingan pribadinya. Setidaknya hal itu saya jumpai pada kisah tragis korban banjir Bandung tahun ini tepatnya di kampung Bojong Citepus, Dayeuhkolot, Bandung yang sampai saat ini masih terendam air setinggi 1-1,5 meter.

Tadi siang, ada seorang relawan yang datang ke tempat saya menyampaikan adanya sebuah peristiwa amoral dimana terjadi penggelapan dana bantuan banjir oleh salah satu kelompok yang sampai saat ini berperan sebagai relawan, sebut saja si ‘A’. Ceritanya, si A tersebut beberapa hari yang lalu mendirikan sebuah posko di madrasah desa setempat. Pada saat pendirian posko, ada beberapa perusahaan yang ikut menyaksikan dan menyertai yang bertujuan untuk ikut menyalurkan bantuan bagi korban banjir. Karena kondisi TKP yang masih cukup semrawut, akhirnya beberapa perusahaan tersebut menitipkan bantuannya melalui si A yang terdiri dari uang 15 juta dan beberapa paket sembako untuk disalurkan kepada para korban bencana. Tak lupa dalam proses serah terima, pihak perusahaan mengumumkan kepada khalayak akan adanya penyerahan bantuan untuk korban banjir yang untuk sementara diwakili oleh si A. Tak ayal karena pengumuman tersebut, para korban mengetahui adanya penyerahan bantuan yang diwakili oleh si A, sehingga berharap nanti si A yang akan menyampaikannya kepada warga yang saat ini menjadi korban. Namun pada kenyataannya, sampai sekarang hanya sembako saja yang disalurkan kepada warga. Sedangkan uang 15 juta tersebut belum tersalurkan, bahkan uang tersebut oleh si A diklaim sebagai dana operasional kegiatan si A. Saya melihat disini ada semacam penggelapan dana bantuan. Bahkan, ketika beberapa pengurus RT/RW yang didampingi oleh relawan dari regu lain menanyakan hal ini ke pihak si A, ternyata si A malah menantang mereka untuk mengadukan hal ini untuk dibawa ke meja hukum. Sungguh sebuah kasus yang sangat memalukan dan tidak bermoral, dimana dana bantuan yang seharusnya disalurkan kepada pihak yang berhak menerimanya, ternyata malah diembat juga, bahkan penggelapan ini dilakukan secara terang-terangan dimana banyak korban yang mengetahuinya.
Memang apakah sedemikian bejat mental ‘beberapa’ orang Indonesia yang katanya menganut asas ‘kemanusiaan’?!
Untuk sementara, kasus ini kita limpahkan ke pihak kepolisian, serta kita coba angkat ke publik dengan bantuan dari beberapa rekan media.

posted by ENDONISEA @ 23:20,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home