“Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi tanah air..” -Hasan al Banna-



Kepemimpinan. Antara kedewasaan dan kepahlawanan

Setiap orang memiliki potensi yang luar biasa. Namun tidak setiap orang memiliki visi luar biasa. Sehingga dalam hidupnya-pun tidak pernah menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Dalam sejarah umat manusia, masing-masing periode kepemimpinan memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Sehingga itulah yang sering disebut dengan corak kepemimpinan. Memang kita sering mengatakan bahwa itu semua tergantung dengan kondisi lingkungan dimana seorang pemimpin tersebut berada. Sebagai contoh yaitu cerita kepemimpinan yang terjadi pada masa perjuangan yang penuh dengan pengorbanan, heroisme, serta cerita-cerita yang penuh dengan kemenangan demi kemenangan dalam berbagai pertempuran. Sebaliknya, kepemimpinan yang terjadi di zaman ‘merdeka’ seperti kondisi di negeri kita sekarang ini, kepemimpinan identik dengan jabatan, kekuasaan, kehormatan, bahkan materi serta berbagai penyakit ‘penyimpangan moral politik’ yang amat sangat menyedihkan.

Sehingga patut untuk kita pertanyakan terkait dengan dua hal tersebut, apakah posisi mereka berbeda? Sekali lagi kita akan mengatakannya ‘TIDAK’. Namun jika kita telaah untuk kita renungi, setidaknya akan terdapat perbedaan peran yang mereka lakukan, yaitu sesuatu yang terkait dengan kedewasaan kepemimpinan yang mereka perankan.

Sering menjadi wacana di tengah kita, bahwa konteks kepemimpinan akan selalu identik dengan visi. Memang benar. Tetapi menurut saya, tidak hanya sekedar visi yang nantinya akan menuntun seorang pemimpin untuk memiliki sebuah kedewasaan kepemimpinan. Hal lain yang menurut saya berpengaruh adalah, pertama, sikap kesiapan yang menunjukkan kemauan seseorang untuk memiliki jiwa kepemimpinan. Kemauan disini merupakan representasi dari niat yang akan memberikannya orientasi dalam rangka mengemban amanah kepemimpinan. Untuk selanjutnya, orientasi tersebut akan menuntunnya menuju sikap kejujuran dan keikhlasan yang setidaknya menjadi kunci utama bagi seorang pemimpin dalam membuka pintu keberkahan. Mungkin saja seorang pemimpin dianggap sukses di era kepemimpinannya, tetapi satu hal yang patut untuk dipertanyakan juga adalah apakah kepemimpinan yang dijalankannya mampu membawa keberkahan bagi dirinya dan bagi orang yang dipimpinnya atau tidak? Sehingga untuk kasus yang satu ini, hanya yang bersangkutan dan Sang Penciptanya-lah yang mampu mengetahuinya.

Kedua, selain kemauan, setidaknya ada semacam prinsip yang harus dia pegang teguh. Dengan prinsip tersebut diharapkan seorang pemimpin akan memiliki komitmen dalam menjalankan kepemimpinannya. Komitmen adalah sesuatu yang berat dimana hal ini akan sangat menguji ketahanan jiwa kepemimpinan yang dimilikinya. Ingat, bahwasanya bagi seorang pemimpin, adanya masalah adalah sebuah berkah dan tantangan. Kenapa? Karena dari hal inilah kekuatan kepemimpinan akan diuji. Masalah bukanlah sesuatu yang harus dihindari bagi seorang pemimpin. Sehingga, masalah adalah menjadi semacam makanan yang harus dicari, dinikmati, diambil, serta dipecahkan. Itulah yang nantinya disebut sebagai prestasi kepemimpinan.

Seorang pemimpin yang hanya punya kemauan, kemampuan, visi, serta konsistensi, ternyata belum mampu memberikan jaminan bagi sang pemimpin tersebut untuk bisa merasakan kenikmatan dalam kepemimpinannya. Sehingga formulasi ketiga dalam teori kepemimpinan adalah adanya inovasi yang akan mengantarkan seorang pemimpin dalam rangka membuat sesuatu karya yang berbeda dan bernilai guna. Sehingga dari inovasi tersebut akan melahirkan kepemimpinan pahlawan, dimana dia mampu menghasilkan karya-karya yang akan menjadi ciri khas dimasa kepemimpinannya. Kepahlawanan dalam kepemimpinan amat sangat diperlukan sebagai catatan sejarah yang akan mampu membangkitkan motivasi kerja yang bersumber dari warisan kepemimpinan masa sebelumnya. Menjadi pemimpin pahlawan bukanlah sebuah orientasi yang ditujukan hanya untuk dikenang serta dielu-elukan namanya sebagai seorang pemimpin besar, namun lebih dari itu, kisah kepahlawanan dalam kepemimpinan adalah sebuah prestasi besar yang akan kita persembahkan sebagai hadiah dalam perjamuan antara kita dengan Rabb kita nanti, Sang Rahman Rahiim yang senantiasa tidak pernah lengah dalam menjaga segenap macam-ragam ciptaan-Nya.

Akhirnya, setiap kita adalah para pemimpin peradaban yang diberikan amanah untuk merekonstruksi peradaban agung yang pernah berdiri tersebut. Sehingga, kesempatan untuk menjadi pemimpin pahlawan sangatlah terbuka bagi kita, manusia yang telah diberi akal, hati, dan jasad, sebagai potensi besar untuk menciptakan karya-karya besar bagi peradaban manusia serta kemaslahatan alam semesta ini.

Wallahua’lam

posted by ENDONISEA @ 02:05,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home