“Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi tanah air..” -Hasan al Banna-



Membangun kolektivitas gerakan

Kemarin saya terlibat sebuah diskusi yang cukup menarik dengan rekan-rekan (mantan) aktivis gerakan mahasiswa ’77, ’98, serta beberapa aktivis mahasiswa era 2000-an dimana saya termasuk didalamnya. Memang dialog lintas-generasi tersebut baru pertama kali terjadi, dimana sebelum-sebelumnya hanya terjadi melalui pertemuan-pertemuan sporadis saja. Suasana terkesan sangat akrab dan hangat, meskipun beberapa diantara kami ada yang sudah bergelar doktor serta ada pula yang masih (terpaksa) menyandang gelar sarjana (muda) (termasuk saya!!!) dan masuk dalam wilayah politik praktis.

Awalnya kita memang mencoba concern untuk membicarakan tentang permasalahan mendasar Polhukkam Jawa Barat, tetapi kemudian diskusi kami berlangsung mengalir sehingga dinamisitas diskusi sangat kami rasakan. Disitu kami menikmati menu logika-logika bantahan bermutu yang mengalir sangat naratif.

Kajian polhukkam menjadi kajian rekayasa gerakan yang kemudian kami sepakati sebagai awal dari adanya sebuah proses perubahan. Dinamika politik yang terjadi di negeri kita seolah tak lebih dari sekedar sandiwara politik yang semuanya dimainkan oleh para aktor-aktor bayaran yang dikendalikan di bawah sutradara politik yang jahat, temperamentif untuk mencoba membelokkan alur menjadi sesuatu yang dinilai indah oleh penikmat sajian sandiwara, walaupun semuanya itu adalah tipuan palsu yang sarat dengan strategi pembodohan publik.

Kebekuan realitas politik membawa kami untuk kembali merumuskan sebuah ideologi yang mampu menginspirasi kesadaran kolektif bangsa. Memang saat ini kita tidak memiliki massa yang banyak, tetapi paling tidak kita masih memiliki modal dasar kekuatan intelektual yang akan menjadi mesin untuk melakukan marketing-isasi isu global yang telah kita rumuskan.

Demokrasi saat ini telah menjadi dewa baru yang dianggap mampu menolong segala permasalahan bangsa. Sedangkan hukum adalah sarana efektif untuk melegalisasi segala macam taktik politik busuk yang menjerumuskan bangsa ini ke lembah kenistaan. Kenyataanya, saat ini semua itu telah terbukti, yaitu ketika demokrasi menjadi ajang baru untuk melakukan penindasan berjama’ah, serta hukum secara disengaja dimanfaatkan untuk mengafiliasi kepada kepentingan elit yang saat ini menjadi penguasa.

Wacana-wacana perubahan memang senantiasa menjadi patron dalam setiap periode pergerakan. Namun, hanya sedikit dari wacana perubahan tersebut yang mampu diwujudkan menjadi sebuah realitas sosial. Sehingga, saya pun juga merasakan bahwa wacana pergerakan hanyalah menjadi wacana murahan saja ketika tidak diikuti dengan strategi untuk mendobrak kejenuhan yang saat ini sedang terjadi. Akan tetapi hal itu bukanlah sebuah persoalan yang mudah. Sejarah telah membuktikan bahwa dalam setiap tragedi pergerakan, disana pasti terdapat ongkos politik yang tidaklah murah dengan rakyat menjadi sasaran utama. Tetapi paling tidak, hal itu tidaklah menjadi sebuah hambatan yang berarti ketika kita mencoba untuk memberikan sebuah pendidikan politik untuk mendapatkan kesadaran kolektif rakyat bahwa ketika perubahan itu menjadi milik rakyat, maka setidaknya mereka pun akan masuk ke dalam lingkaran-lingkaran pelaku perubahan itu. Mereka tidak akan hanyut menjadi korban perubahan, tetapi merekalah yang nantinya yang akan menjadi motor-motor perubahan. Satu hal yang perlu diingat, bahwa perubahan tidaklah mungkin tanpa didahului dengan pergerakan. Dan sejarah telah membuktikan bahwa pergerakan senantiasa dimulai dari rakyat, bukan elit penguasa.

Untuk menyukseskan perubahan, dibutuhkan sebuah metode dalam membangun kolektivitas gerakan. Sedangkan kolektivitas gerakan bukan hanya dibangun dari sisi kuantitas massa yang terlibat, namun lebih dari sekedar itu, bahwa kolektivitas gerakan disusun oleh konsistensi kita dalam membawa serta memasarkan isu-isu perubahan yang saat ini mulai membias.

Terakhir, perlu saya sampaikan bahwa kondisi kita belum terlalu aman untuk diam kawan! Dan sampai kapanpun, ketika jantung ini masih berdenyut, maka pergerakan adalah sebuah keniscayaan. Pergerakan untuk perubahan hanya berhenti ketika masing-masing kita dipanggil untuk kembali ke sebuah istana keabadian. Semoga Allah memberikan jannah-Nya kepada kita yaa muharrik...!!!

posted by ENDONISEA @ 08:47,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home