“Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi tanah air..” -Hasan al Banna-



Para perindu surga

Beberapa saat yang lalu, sewaktu membuka sebuah pesan e-mail, ada seorang teman yang menanyakan kepada saya terkait dengan sebuah istilah yang sering disebut dengan ‘Aktivis Dakwah Kampus’. Mungkin bagi beliau istilah tersebut adalah sesuatu yang asing, atau mungkin juga beliau hanya ingin sekedar ingin tahu istilah tersebut dari seseorang yang biasa, yang tidak begitu tahu-menahu mengenai apa yang dimaksud dengan aktivis dakwah.
Menurut saya, sekali lagi ini perspektif pribadi, aktivis dakwah adalah seseorang yang tidak pernah merasa nyaman dengan kondisi keimanannya saat ini. Aktivis dakwah bukanlah sosok malaikat yang tidak pernah salah, bertugas menyampaikan wahyu dan risalah. Tetapi aktivis dakwah adalah manusia biasa yang tidak pernah rela ketika dunia ini dikuasai oleh kebathilan.
Jangan pernah menganggap diri kita menjadi sosok aktivis dakwah hanya karena menjadi pengurus organisasi keislaman. Saya kira aktivis dakwah bukanlah status, pangkat, dan jabatan; tetapi lebih dari itu, aktivis dakwah adalah amanah fithrah kita sebagai makhluk yang lemah, dimana kita tiada daya tanpa pertolongan Allah, dan hanya kepada-Nya kita akan kembali.
Cukuplah satu menjadi pegangan, bahwa iman bukanlah suatu perkara yang selesai ketika kita sembunyikan dalam hati kita saja, namun suatu harta yang harus kita tunjukkan bahwa disanalah Allah akan senantiasa bersama kita. Dakwah yang konkret adalah ketika kita mencoba dan mencoba untuk selalu memiliki iman sehingga iman tersebut akan senantiasa terwujud dalam pikiran kita, perkataan kita, serta sikap dan perbuatan kita.
Ketika aktivis dakwah dijadikan sebuah gelar, maka dimata Allah-lah segala kemudharatan itu kembali, dan Allah juga tidak butuh kemudharatan-kemudharatan tersebut dari tangan kita. Saya kira, janganlah kita sampai menjebakkan diri dalam lingkaran status dan kedudukan.
Ketika para sahabat yang mulia nantinya ketika dihisab oleh Allah akan datang dengan menunjukkan segala prestasi amal salihnya dalam membangun peradaban umat ini, maka ketika kita dihisab oleh Allah, setidaknya kita juga akan mampu membawa amal-amal kita, prestasi-prestasi kita sewaktu hidup di dunia; walaupun amal itu hanya sedikit, namun dari amal yang sedikit itulah yang akan dapat meninggikan kedudukan kita di mata Allah untuk bisa disandingkan dengan para Rasul, Nabi, Sahabat, serta orang salih lainnya. Itulah amal shalih, dimana keimanan menjadi urusan kita dengan Allah, sedangkan amal salih adalah urusan kita dengan umat yang berarti usaha kita dalam mewujudkan kemaslahatan bagi umat ini.
Kapan amal salih itu menjadi karya? Saya kira, ketika dakwah menjadi risalah yang kita junjung tinggi, pahami, amalkan, dan tegakkan.
Dakwah bukanlah status, simbol, pangkat, pekerjaan, dan lain sebagainya. Akan tetapi dakwah adalah amanah. Aktivis dakwah bukanlah sosok malaikat, tetapi dia hanyalah manusia biasa, ketika salah segera sadar dan bertaubat, sedangkan dalam serangkaian hidupnya senantiasa diisi dengan kerja-kerja sebagai rangkaian sarana investasi kebaikan pembuka kunci surga. Aktivis dakwah pun juga bukanlah manusia-manusia asing yang hanya mau berinteraksi dengan manusia asing lainnya. Aktivis dakwah adalah manusia biasa yang senantiasa mau membuka diri dan berkomunikasi dengan sesama, apakah itu manusia yang istimewa atau manusia yang hina dina, manusia yang beradab atau bahkan manusia yang biadab sekalipun. Mereka tidak memilah-milah saudara, karena orientasi mereka hanyalah menunjukkan kebenaran dan kebaikan, untuk selanjutnya, Allah-lah tempat segala sesuatu itu berasal.
Mungkin kita tidak pernah mendapat gelar 'aktivis dakwah', tetapi niscaya Allah tidak akan pernah lalai mencatat amal salih dari setiap hamba-Nya, walaupun amal itu hanyalah menyingkirkan duri dari jalanan yang lebar dan panjang, dimana kecilnya duri terlihat bias oleh mata.

Seringkali niat baik tidak dinilai oleh orang lain sebagai sebuah kebaikan.
Semoga kita senantiasa memahami, menyadari, dan bersegera untuk mengambil peran-peran yang mulia itu....

Akhukum fillah,

twyunianto

posted by ENDONISEA @ 00:59,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home