“Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi tanah air..” -Hasan al Banna-



Rekayasa sosial

Sore tadi saya terlibat diskusi yang cukup menarik tentang rekayasa sosial dengan para dosen serta beberapa rekan aktivis mahasiswa. Kajian rutin yang diselenggarakan oleh rekan-rekan dari Bandung Raya Institute (BRAIN) sore tadi cukup menarik dan dinamis yang dihadiri oleh tiga orang dosen senior, yaitu Hadi Suwastio, Ir., MPhil., PhD.; Wiyono, Ir., MT.; serta Mahmud Imrona, Ir., MT.

Dari diskusi disepakati bahwa tahap awal dari sebuah upaya rekayasa sosial dimulai dari rekayasa pemikiran/intelektual. Hal ini disebabkan karena sisi pemikiran merupakan cikal bakal terbentuknya ideologi, dimana ideologi nantinya akan berfungsi sebagai prinsip kerja/gerakan. Rekayasa pemikiran menjadi satu hal sangat penting karena disinilah fondasi gerakan berawal. Tanpa adanya rekayasa pemikiran, maka niscaya rekayasa sosial hanyalah menjadi wacana murahan saja. Output dari rekayasa pemikiran inilah yang nantinya akan menimbulkan keresahan ideologi yang ujungnya memunculkan tanggung jawab akan adanya kompleksitas permasalahan yang ada.

Sejarah telah membuktikan bahwa proses rekayasa sosial dimulai dari tahapan pembentukan wacana dan pola pikir. Kita semua pun juga menyadari bahwa konsistensi sebuah gerakan akan tergantung dari kekuatan ideologi dimana gerakan itu berakar. Kekuatan ideologi itulah yang nantinya akan membangun sebuah kolektivitas gerakan yang massif dimana setiap unsur yang tergabung dalam gerbong gerakan tersebut memiliki peran masing-masing.

Salah satu poin penting dalam sebuah rekayasa sosial adalah terjadinya rekayasa individu yang nantinya akan mengatur arah gerak perubahan. Dalam setiap proses, apapun bentuknya, dapat dipastikan membutuhkan motor atau inisiator, begitu pula dalam sebuah kaidah pergerakan atau rekayasa sosial. Untuk itu, rekayasa sosial ternyata tidak hanya membuat orang untuk tersadar dari kondisi ‘kecenderungan untuk aman’, tetapi juga membuat orang untuk mampu merekayasa diri pribadinya masing-masing untuk menjadi motor perubahan.

Setidaknya ada satu kesimpulan yang dapat diambil dari perdebatan-perdebatan yang kita lontarkan, bahwa bagian yang terpenting dari rekayasa sosial adalah membuat masing-masing diri kita untuk mampu merekayasa diri menjadi pemimpin-pemimpin di zaman kita. Rekayasa sosial bukanlah sebuah tren pergerakan, namun lebih dari itu, bahwa rekayasa sosial adalah sebuah proses yang mengantarkan setiap manusia untuk mampu mengambil peran dalam rangka mewujudkan perubahan, dan tentunya perubahan tersebut adalah perubahan ke arah perbaikan. Bukan sebaliknya.

posted by ENDONISEA @ 06:47,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home