“Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi tanah air..” -Hasan al Banna-



Masa depan para generasi preman

Fungsi utama dunia pendidikan adalah membentuk paradigma dan karakter anak bangsa, dan tentunya, paradigma serta karakter yang terbentuk mampu menghasilkan manusia-manusia handal, berbudi pekerti, serta berjiwa pemimpin. Namun apa jadinya kalau dunia pendidikan ternyata menyesatkan anak didiknya sehingga mereka menafsirkan pendidikan sebagai bentuk upaya totalitas pembinaan dengan menghalalkan segala cara. Perlu kita pahami, bahwa totalitas dalam dunia pendidikan memang seharusnya untuk dilakukan. Akan tetapi, ketika totalitas tersebut diartikulasikan sebagai usaha yang tidak melihat batas-batas nilai dan aturan, atau dengan kata lain menghalalkan segala cara, maka kemudian akan terbentuklah sebuah premanisasi di dunia pendidikan yang tak lain hanya akan menghasilkan anak didik yang berkarakter preman.
Ketika kita mengkaji bahwa dunia pendidikan salah satu tujuannya sebagai pencetak pemimpin-pemimpin masa depan, maka apa jadinya apabila masa depan bangsa ini dipimpin oleh hasil dari dunia pendidikan yang nota bene hanya menghasilkan para pemimpin-pemimpin preman. Setidaknya akan ada beberapa kemungkinan jika bangsa ini dipimpin oleh para preman. Yang pertama, mereka tidak akan memandang rakyat sebagai mitra pembangunan untuk dilayani, melainkan sebagai penonton yang hanya bisa mengamati dari jauh pertunjukan politik yang digelar oleh pemimpin preman tersebut. Kedua, para pemimpin preman tidak akan mampu menjalankan amanah dengan baik. Hal ini dikarenakan mereka lebih menyukai perebutan daerah jajahan, alias tarik-menarik kue kekuasaan. Mereka hanya akan memikirkan tentang penyelamatan posisi serta jabatan mereka saja, sehingga etika politik kekuasaan terlepas begitu saja seiring dengan berbagai fasilitas yang mereka dapatkan. Ketiga, mereka akan memakai segala cara untuk mendapatkan ambisinya. Tidak dapat dipungkiri bagaimana para preman tersebut akan berusaha mati-matian untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, walaupun harus menjadikan rakyat sebagai tumbal. Serta yang keempat, mereka akan berusaha menggali sebanyak mungkin “harta karun” yang sekiranya memungkinkan untuk mereka ambil. Bahkan seringkali untuk memuluskan “pengambil-alihan” tersebut mereka akan mengeluarkan berbagai macam hukum dan aturan sebagai kedok “perampokan sistematis” atas aset bangsa yang sangat berlimpah. Selain itu, tak jarang mereka juga akan membuat kelompok-kelompok serta aliansi-aliansi strategis yang memungkinkan bagi mereka untuk lebih mengamankan aksinya, dimana aliansi strategis tersebut terdiri dari banyak preman, mulai dari preman politik, preman hukum, sampai preman kemanusiaan.
Tibalah saatnya kerusakan jika generasi preman tersebut memimpin negeri kita. Mereka akan memimpin dengan kekerasan dan penindasan karena di benak mereka kekerasan adalah the sistemic way to build everything. Ya... paling tidak membangun kerusuhan dan kerusakan bersama, tetapi tidak bagi mereka, karena kerusakan hanya bagi rakyat yang tidak tahu apa-apa.
We don’t need a hero. But we need a leader who become a hero !!!

posted by ENDONISEA @ 07:02,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home