“Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi tanah air..” -Hasan al Banna-



Negara tanpa pilihan. Kajian membangun negara adikuasa baru

Akhir-akhir ini, kalangan legislatif pusat sedang mempermasalahkan sikap RI terkait dengan nuklir Iran, dimana RI dianggap mengekor kepentingan negara adikuasa AS yang berlindung di balik resolusi DK PBB 1737 untuk melucuti program nuklir damai Iran.
Menjadi hal yang menghentakkan semua pihak, ketika RI memilih jalan untuk menyetujui sanksi bagi negara para kaum Mullah tersebut, sehingga muncul berbagai reaksi terhadap keputusan RI yang kontroversial tadi, khususnya dari para kaum muslim. Sehingga dapat dikatakan, kedudukan kita sebagai anggota DK PBB tidak tetap sepertinya sebagai stempel pelengkap yang diperbudak oleh kepentingan ‘negara-negara besar’ dalam melancarkan strategi neo-kolonialisme barunya.
Jika kita melihat kebelakang, maka kita akan dapat melihat bagaimana kiprah RI terkait dengan peta politik dunia dengan Gerakan Non-Blok-nya. Terlepas dari profil seorang Soekarno, Gerakan Non-Blok ternyata tidak hanya sekedar gerakan menentang penjajahan, melainkan sebagai strategi RI untuk menjadi alternatif negara adikuasa di tengah perseteruan antara dunia barat yang ber-manhaj kapitalis yang ditokohi Amerika, dengan dunia timur yang mengusung identitas sosialis yang dimotori oleh Uni Sovyet. Atau dengan kata lain, ketika kita telaah lebih jauh gerakan Non-Blok tidak hanya sekedar gerakan yang dibangun Soekarno untuk keluar dari pilihan antara klen barat dan timur, melainkan upaya ‘cerdas’ Soekarno untuk menaikkan pamor RI di mata dunia sebagai negara yang berdaulat. Artinya, Soekarno ingin menunjukkan kekuatan RI sebagai negara yang besar tanpa militer. Gerakan Non-Blok yang dipelopori RI dapat dikatakan sebagai kekuatan dunia baru yang terdiri dari negara-negara dunia ketiga, sehingga oleh kekuatan lain khususnya Amerika, Gerakan Non-Blok dipandang sebagai kekuatan dunia baru yang akan membahayakan konstelasi politik yang saat ini sedang dimainkan oleh geng barat yang dimotori oleh Amerika tersebut. Dengan Gerakan Non-Blok, ternyata Soekarno saat itu tidak hanya sekedar mampu menggerakkan kekuatan koalisi barunya, tetapi juga berusaha untuk ‘membenturkan’ kekuatan Barat dengan Timur yang dapat terbaca dari strategi Poros Jakarta-Peking, keluarnya RI dari PBB, serta kampanye anti-Amerika-nya Soekarno. Gerakan untuk melucuti Amerika didahulukan karena waktu itu kekuatan dunia timur sudah terlihat berada di ambang pintu kehancuran terkait adanya isu kemerdekaan bangsa-bangsa di dunia. Harapannya adalah, ketika dunia barat dan timur berseteru, maka kekuatan Non-Blok akan menjadi kekuatan baru yang akan mengendalikan peta kekuasaan politik dunia baru yang berdasarkan solidaritas bukan kekuatan militer dengan RI sebagai inti dari kekuasaan, namun hal itu semua ternyata berakhir dengan sia-sia setelah Soekarno jatuh termakan oleh nafsu dan ambisinya sebagai seorang laki-laki dan penguasa.
Wallahua’lam.

Labels:

posted by ENDONISEA @ 06:39,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home