“Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi tanah air..” -Hasan al Banna-

PILKADAL DAN EKSISTENSI PEMUDA / MAHASISWA

Studi Pengantar Persiapan Pilkadal Kabupaten Bandung 2005[1]

TW Yunianto[2]

Pilkadal Antara Kebutuhan dan Pilihan

Atmosfir baru sistem politik dan pemerintahan telah digulirkan oleh bangsa ini. Ditandai dengan adanya pemilihan wakil rakyat / anggota legislatif yang diikuti oleh pemilihan presiden / wakil presiden secara langsung. Terlepas dari adanya usaha dalam rangka perbaikan tata birokrasi yang ada di negeri ini, seperti yang sering dilontarkan oleh pasangan presiden / wakil presiden terpilih (SBY-JK) saat kampanye silam, maka kita hendaknya mampu menerima dan mengkritisi segala kenyataan yang ada. Artinya, segala instrumen yang dibuat dalam rangka menyongsong perubahan negeri ini ke arah yang lebih baik, tidak akan ada artinya jika kita sebagai elemen bangsa bersikap apatis dan tidak mau tahu terhadap nilai – nilai obyektif yang disusun sedemikian rupa sebagai bentuk dari formulasi rencana strategis bangsa dan negara dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial seperti yang diidam – idamkan oleh segenap komponen rakyat.

Proses regenerasi kepemimpinan merupakan hal yang wajar. Namun, seringkali kita melihat adanya sebuah kondisi luar biasa, dimana masyarakat benar – benar merasakan momentum perguliran tampuk kepemimpinan. Hal yang lebih luar biasa lagi akan terasakan ketika terdapat penyikapan positif yang sarat dengan harapan dari masyarakat terhadap ‘ritual’ politik bangsa ini (euforia politik). Apalagi, ketika hal itu berhubungan dengan kondisi lokal, dimana komunitas masyarakat tersebut merasa memiliki dan care terhadap segala realitas yang terjadi terhadap lingkungannya, atau dengan kata lain, pola penyikapan permasalahan lokal ternyata memiliki apresiasi yang lebih tinggi dibanding dengan permasalahan nasional.

Terkait dengan agenda Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Pilkadal), maka kita bisa beropini bahwa masyarakat seharusnya memiliki tingkat kepedulian yang lebih tinggi dari pada pemilu anggota legislatif maupun presiden / wakil presiden silam. Berbagai agenda dan rencana serta permasalahan daerah sepertinya akan menjadi komoditas tersendiri bagi para kandidat yang menyatakan dirinya berani untuk membawa kemudi kepemimpinan daerah selama lima tahun kedepan.

Perubahan tata pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dari UU No. 22 tahun 1999 ke UU No. 32 tahun 2004 tentang tata cara pemilihan kepala daerah dari tak langsung menjadi langsung, maka secara logika paling tidak kita akan dapat menangkap sebuah sinyal perbaikan dalam mengatasi kecarut – marutan sistem pemilihan kepala daerah yang selama ini ada. UU No 32 tahun 2004 secara tegas menyebutkan bahwa pemilihan kepala / wakil kepala daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten / kota diselenggarakan secara langsung (dipilih oleh rakyat). Sehingga, dengan aturan baru tersebut, kita dapat berharap akan terwujudnya pemerintahan baru yang lebih aspiratif, bersih dan kuat (aspirative, clean and strong governance). Selain itu, dengan UU baru tersebut, setidaknya kita dapat sedikit berharap akan berkurangnya praktek – praktek money politics yang terjadi di tingkat elit (DPRD), walaupun tidak menutup kemungkinan praktek tersebut masih akan berlangsung yang lebih ke arah pemilik suara (masyarakat).

Dengan landasan berpikir di atas, maka setidaknya kita mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa, regenerasi kepemimpinan yang selama ini identik dengan praktik – praktik blackletter (suap, korupsi, dan penggelapan lainnya) di balik layar, akan lebih terminimalisir, setidaknya masyarakat dapat melihat langsung jikalau terdapat malpraktik dalam setiap aliran proses pilkadal nantinya. Selain itu, kemungkinan lahirnya sebuah kepemimpinan dambaan / harapan masyarakat akan memiliki kans yang lebih besar, sehingga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin yang dipilih akan lebih tinggi.

Eksistensi Pemuda dan Mahasiswa

Angin reformasi yang dihembuskan oleh pemuda dan mahasiswa telah berumur delapan tahun lamanya. Sebuah babak baru generasi bangsa, dengan ditandai oleh adanya upaya penggulingan rezim kekuasaan yang dinilai telah menyimpang dari amanat rakyat. Adanya kebobrokan nilai dan moral bangsa, khususnya elemen pemerintahan, setidaknya memberikan sebuah kebingungan sosial masyarakat. Hal ini disebabkan adanya krisis kepercayaan yang dialami oleh rakyat pada saat itu, sehingga ekspektasinya-pun seolah – olah sebanding dengan apa yang dilakukan oleh elemen birokrasi tersebut. Kerusuhan ada dimana – mana, hampir di seluruh tanah air. Krisis multidimensi mengakibatkan penurunan martabat bangsa, baik di mata dirinya sendiri sebagai bangsa yang beradab, maupun di mata internasional.

Pemuda dan mahasiswa, sebagai peletak fondasi reformasi, sampai saat ini masih dianggap sebagai garda perjuangan rakyat (terlepas dari kondisi idealisme mahasiswa), dimana mahasiswa selalu dicap sebagai elemen pembaharu (agent of change) dalam mengubah realitas sosial yang ada. Walaupun kita ketahui bersama, bahwa mahasiswa dan pemuda masih dianggap terlalu dini untuk memasuki wilayah / arena politik praktis. Namun, ketika bicara politik fundamental, pemuda dan mahasiswa memiliki peran yang amat strategis. Artinya, pemuda dan mahasiswa bukanlah pihak yang secara langsung membuat kebijakan / arahan politik negara, namun, pemuda dan mahasiswa mampu membangun sebuah opini dalam rangka usaha pendidikan politik menuju pendewasaan bangsa.

Satu hal yang harus diyakini saat ini adalah bahwasanya konteks perubahan hanya akan dapat terwujud jika dilakukan secara kolektif. Artinya, keseragaman langkah antara pemuda dan mahasiswa dengan elemen rakyat sangat dibutuhkan. Perubahan bukan hanya sekedar impian, namun kepastian yang hanya akan terwujud jika diusahakan dengan tindakan nyata. Korelasi yang ada saat ini adalah, masyarakat ternyata masih memberikan kepercayaan kepada pemuda dan mahasiswa dalam rangka mengantarkan prosesi perubahan bangsa ini ke arah yang lebih baik. Karena kondisi riil yang ada saat ini ternyata terdapat opini negatif di kalangan masyarakat terhadap aparat pemerintahan yang ada, tak peduli apakah itu legislatif maupun eksekutif. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuntutan para punggawa negeri ini dalam meningkatkan kesejahteraannya ketika di lain sisi rakyat masih ada yang buncit karena kekurangan gizi.

Untuk itu, dengan adanya momentum pilkadal ini, sudah menjadi keharusan bagi para pemuda dan mahasiswa, untuk kembali mengambil peran kongkrit dalam mengantarkan gerbong perubahan yang senantiasa diteriakkan, sehingga mampu menghasilkan sebuah kepemimpinan yang mampu menampung aspirasi masyarakat sebagai pihak yang tak terpisahkan dari sebuah pemerintahan.



[1] Bagian pertama dari tulisan bersambung sebagai pendidikan politik masyarakat

[2] Presiden Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STT Telkom Bandung


selengkapnya...

posted by ENDONISEA @ 09:51, ,




31 Mei itu....

Innalillah....
Ya Allah...
Jika Kau kehendaki diriku 'tuk jadi pemimpin, maka berilah aku hikmah, dengan hikmah itu 'kan kucoba tunaikan amanah....
Jika Kau kehendaki diriku 'tuk tunaikan amanahku, maka berikanlah aku kesadaran. Dengan kesadaran itu, 'kan kucoba 'tuk kenali kelemahan diriku, sehingga kekuatan 'kan kuhimpun dalam segenap langkahku....
Jika Kau kehendaki diriku 'tuk selamat dalam langkahku, maka berikanlah aku keikhlasan. Dengan keikhlasan itu, 'kan kucoba berikan kemenangan hanya untuk-Mu....
Ya Allah....
Aku tak bisa sendiri. Dalam renungan suka, maupun kesenyapan duka. Hatiku lemah seolah menuju titik beku. Kuharap lembut sapa-Mu mengalir dalam setiap relung jiwaku...
Hamba-Mu yang senantiasa lupa, khilaf tiada henti dari dzikir-Mu, terkulai lemas dalam segala rutinitas duniawiku...
Tak jengah diri ini 'tuk coba sebuah ketetapan yang baru, namun itu semua adalah mimpi semu, karena setiap manusia t'lah tertulis dalam lauh al mahfudz-nya.
Semua yang Kau berikan kepadaku, kuharap bukan sebuah takdir hampa yang serasa hampa tiada arti karena terbingkai hasrat duniawi. Mulut ini, berikanlah kemudahan 'tuk sampaikan kebenaran walau hanya sepatah kata; kaki ini, berikanlah kemudahan 'tuk kayuh perubahan 'tuk perbaikan, walau hanya sejengkal saja; tangan ini, berikanlah kekuatan 'tuk melukis kebenaran dalam setiap lembar kehidupanku....
Ya Allah...
Izinkanlah aku, seorang hamba yang lemah, tengadahkan telapak tanganku, memohon sebuah kepastian atas pertolongan...
Ketika diri ini Kau jadikan seorang pemimpin, maka kukembalikan semuanya kepada-Mu.


selengkapnya...

posted by ENDONISEA @ 10:29, ,