“Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi tanah air..” -Hasan al Banna-



Cita-cita hidup

Seringkali, kita senantiasa terusik dengan retorika tujuan hidup kita sebagai seorang manusia. Menjadi sesuatu yang fitrah bagi kita untuk senantiasa mempunyai visi, tujuan serta arahan hidup kita ke depan. Namun seringkali, kita terjebak pada capaian-capaian semua yang hanya mengantarkan kita kepada kebingungan-kebingungan duniawi saja. Allah telah memberikan panduan bagi kita selaku hamba-Nya untuk memandang realitas dunia sebagai sesuatu yang harus dihadapi, atau dengan kata lain, hidup adalah masalah, sehingga perlu dicari sumber pemecahannya.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (Ali Imran:14)
Ketika kita mengkaji ayat di atas, maka itu semua adalah hal-hal keindahan duniawi yang senantiasa kita impikan dan rasakan. Tidak ada hal yang dapat kita tolak dari kebenaran (bukan pembenaran-red) firman Allah di atas. Namun di ayat yang lain, Allah memberikan jaminan bahwa tempat yang terbaik adalah tempat kembali di sisi Allah, yaitu surga.
Ada sebuah prasyarat besar bagi hamba yang merindukan kemenangan (surga), yaitu mentaati segala perintah Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya. Sehingga dalam suatu ayat Allah juga berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu, dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu kepada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong” (Al Hajj:77-78)
Maka sudah jelaslah bahwasanya prasyarat mutlak tersebut adalah ketika kita menyadarkan segala aktivitas hidup kita hanya untuk Allah, mulai dari shalat kita, zakat kita, maupun segala aktivitas duniawi kita sebagai representasi dari persujudan seorang hamba kepada yang Maha Khalik.


selengkapnya...

posted by ENDONISEA @ 01:12, ,




LPJ kenangan.... (part1)

Jum'at, Sabtu, Ahad, 28-30 April 2006 adalah detik - detik perjuangan akhir di BEM KBM STT Telkom.
Jum'at 28 April, dilakukan sidang pendahuluan. Sidang dimulai pukul 19.30 di ruang seminar SC. Tampak memimpin sidang, presidium 1 : Ronald Ommy, presidium 2 : Yunita Utami.
Saya membawa satu batalyon BEM kabinet 2005-2006. Semua berlangsung natural. Saya, wakil presiden, kepala biro, dan para menteri menduduki kursi paling depan. Mata kami nanar menatap wajah sidang yang terkesan serius. Para anggota dewan yang duduk di sebelah depan-kiri terlihat tersenyum sambil sesekali ngobrol dengan rekan-rekan yang ada di sampingnya. Demikian pula para undangan yang berasal dari mahasiswa umum. Kawan lama di perjuangan kemahasiswaan, Lutfi Hendratmono, Arki Rifazka, Erda Guslinar, dan beberapa wajah baru menghiasi tempat duduk para undangan.
Bismillah.. Sidang Dimulai....
Sidang dibuka dengan ketukan palu sebanyak dua kali.
Presidium memulai sidang pendahuluan malam itu dengan pembahasan agenda sidang Laporan Pertanggungjawaban BEM KBM Semester 2. Tidak begitu seru memang. Walaupun sempat beberapa kali terjadi perang argumentasi antara undangan dengan pihak Dewan Perwakilan Mahasiswa. Kami hanya diam, sesekali mengubah posisi duduk untuk menghilangkan rasa penat dan bosan.
Masuk sekira pukul 20.30, sidang dilanjutkan dengan pembahasan tata tertib sidang. Disini kita mulai pemanasan. Argumentasi demi argumentasi mulai dibenturkan.
Perang argumentasi sangat hebat terjadi antara kami (BEM) dengan undangan. Berbagai kompensasi dituntut untuk menjaga kualitas akan adanya sebuah sidang.
Sampai tiba pukul 21.30, sidang pendahuluan belum selesai. Forum menyepakati dua hal, pertama : sidang tetap dilanjutkan; kedua : bagi peserta putri dipersilakan untuk pulang.
Akhirnya kami melanjutkan sidang pendahuluan itu yang hanya dikomploti oleh kaum adam (garing memang...he..he...).
Tak banyak waktu untuk jeda. Detik demi detik serasa semakin panas. Masing-masing dari kami mencoba untuk mengendalikan alur sidang. Dari undangan dikapteni oleh Lutfi dan Arki. Mereka begitu antusias memanfaatkan momentum sidang yang hanya berlangsung dua kali dalam setahun itu.
Kira-kira jarum jam menunjukkan pukul 23.00. Kami masih menikmati alunan nada-nada interupsi malam itu. Malam semakin larut, namun kami merasa semakin nikmat dalam retorika-retorika nafsu dan emosi. Panas.... dan semua berlangsung begitu semangat.
Mulailah pembahasan masuk ke point persyaratan quorum. Berbagai perbedaan pandangan terjadi di sini.
Anggota Dewan dan undangan memaksakan agar pada point tersebut, BEM dinyatakan quorum apabila dihadiri oleh presma, wapresma, kepala biro, dan para menteri. Kami mengajukan clarification.
Pendapat kami dimentahkan oleh para anggota dewan dan undangan. Dengan berbekal Organizational References sebagai landasan hukum tertinggi di KBM STT Telkom, kami sampaikan alasan kami kenapa kami menolak atas usulan pasal itu.
Yang bertanggung jawab kepada DPM hanyalah Presma dan Wapresma. Kepala Biro dan para menteri beserta staf hanya bertanggung jawab kepada Presma dan Wapresma. Mereka menolak, dengan alasan tanggung jawab moral.
Too much time we got debate...
Akhirnya, perdebatan kami berhenti pada landasan moral dan klausa legal formal.
Kami (BEM) tidak menerima pencampuradukan antara legalitas yuridis dengan konteks moral. Yes.. we're responsible to all... Jelas...
Sanggahan demi sanggahan mengalir begitu saja.
Sampai akhirnya, muncul perdebatan presma, wapresma, kepala biro, dan menteri.
Tiba-tiba ada suara privellege dari belakang. Benar memang, salah satu staf kami merasa privellege atas perdebatan yang seputar presma, wapresma, kepala biro, dan menteri, ada kesan bahwa staf tidak diacuhkan.
Kami terjebak dalam situasi yang cukup panas.
Sebagai jalan keluar, saya selaku pihak yang merasa bertanggung jawab mengajukan privellege. Yes, we're walk out !!!!
Itulah walk out BEM massal pertama kali sepanjang sejarah dalam sidang pertanggungjawaban.
Walk Out, kami keluar ruang sidang dengan muka sedikit kecut atas debat kusir sidang. Presidium yang merasa kebingungan mencoba menenangkan sidang.
Kami menuju istana kami, Istana Perjuangan.
Di tempat itulah, kami menenangkan hati kami. Saya mencoba memberikan deskripsi atas kejadian saat itu.
Walk Out adalah upaya terakhir atas dead lock-nya sidang. We're on the track, but they're not understand. Dari pada memperpanjang maslaah, kita mengalah saja dengan keluar.
Silakan mereka berdiskusi.
Kami Walk Out sampai ada kepastian dari sidang atas permasalahan tadi.
Di Istana, kami istirahat sejenak melepas penat. Minum teh botol walau hanya satu untuk beramai-ramai. Kebersamaanlah yang kami rasakan saat itu begitu mengental.
Akhirnya, tiga puluh menit kemudian kami dipanggil presidium untuk mesuk kembali ke arena sidang.
Kami bergegas, menuju anak tangga, dan we're start our discussion again.
Pasca-Walk Out kami, sidang menyepakati usulan kami. Kami lega akhirnya.
Sidang pun dilanjutkan sampai pukul 00.30 waktu jam presidium.
Yah.. akhirnya sidang di-break, dilanjutkan hari kemudian.
Kami bangkit dengan suasana cukup letih. Perutpun masih keroncongan.
But, no problem. At there, the history will be written....

Got Lunch, delicious fried rice. Went to sleep in my palace, about 02.30.
May be, this is a part of our struggle..
Keep on spirit...


selengkapnya...

posted by ENDONISEA @ 13:40, ,




akhirnya.....

amanah itu selesai sudah.
menghitung hari dalam perjuangan,
menuai makna akan hakikat sebuah peradaban.

detik dalam detik yang mengantarkan pada sebuah kerinduan.
setangkai harapan baru mewarnai dalam lembaran kehidupan.

langkah-langkah itu...
seolah tinggalkan rasa yang mengharu.
satu dua tiga kata sebagai asa,
torehkan tinta - tinta perjuangan yang memanjang dalam asa dan harapan.

kebersamaan yang terbangun seolah keluarga yang menyatu,
dalam cinta, persaudaraan, dan kasih sayang.

tak ada musuh, tak ada lawan.
yang ada adalah kawan dalam perjuangan.

walaupun berbagai rintangan datang.
namun itu adalah kepastian.
bagi para pahlawan yang merindukan,
akan sebuah kemenangan.

selamat tinggal kawanku,
aku harus melanjutkan perjalanan panjang ini.
perjalanan yang penuh jamuan kehidupan,
dalam cita danm cinta,
akan elegi kehidupan.

-istana terakhir-


selengkapnya...

posted by ENDONISEA @ 00:40, ,